“OK Kamera Siap! ACTION!!”
“Eh tunggu-tunggu…”
“Apaan?” Tanya sang penulis pada kelima aktornya.
“Aku belum pakai sepatu nih.” Tokoh satu menjawab.
“Kemejaku belum rapi!” sambung tokoh dua.
“Rambutku udah bagus belum ya?” tokoh tiga meminta pendapat sambil membetulkan tatanan rambutnya di depan cermin.
“Bagusnya pake topi yang hitam atau yang putih ya?” tokoh keempat menimang dua topi ditangannya.
“Aduh tadi aku udah ngerjain PR matematika belum ya?”
“STOP! STOP! STOOP!!!”
“Ada apa?” Tanya kelima tokoh pada penulis yang terlihat frustasi.
“Ceritanya jadi dimulai nggak sih?”
“Ya jadi dong, masa aku udah ganteng begini malah nggak jadi.” Si tokoh empat memakai topi hitam yang dipilihnya.
“Beneran nih udah nggak ada yang kurang?” si penulis bertanya dengan wajah serius.
“Uuudaaahhh” koor kelima tokoh utama kompak.
“OK Kamera Siap!” penulis kembali member aba-aba.”ACTIOON!!!”
Bukannya berakting kelima cowok tersebut malah melingkar membentuk suatu forum diskusi. Si penulis mengerutkan keningnya. Pelan-pelan ia menghampiri kelima aktornya dan sedikit menguping pembicaraan mereka.
“Eh gimana kalau Elang?” tokoh kedua memberi usul
“Garuda aja.” Usul tokoh kelima.
“Idih nama hewan nggak cocok banget…” tokoh keempat tampak berpikir. ”Emmm gimana kalau Gajah aja.”
“yeee kamu gimana sih itu kan nama hewan juga.” Protes tokoh ketiga sambil menyenggol lengan tokoh keempat.
Tokoh keempat nyengir.
“Huhhh ini jadinya namanya apa?”
Si writer menyenggol lengan tokoh pertama kemudian berbisik, maksud hati sih biar nggak mengganggu forum.”Eh eh kalian lagi ngomongin apa sih?”
“Kita lagi bahas nama gank buat kita, eh penulis kasih ide dong kan kamu yang nulis.”
“O iya ya, kan aku yang nulis masa kalian yang mikir.” Si penulis pun berpikir keras. “ Emmm gimana kalau namanya RADJA”
“Radja! Apaan tuh?” tanya kelima tokoh kompak.
“RADJA itu Radhit Arrio Dirga Jonas dan Andro hahahahaha” Si penulis tertawa setan.
“O gitu, boleh-boleh.”
“ yah lumayanlah”
“Ya sudah monggo-monggo dipun wiwiti”
“OK Kamera standby! ACTION!!”
Sahabat sejatiku hilangkah dari ingatan mu
Dihari kita saling berbagi
Dengan kotak sejuta mimpi
Aku datang menghampirimu
Tuk perlihatkan semua hartaku
“Arsyad Rio Dewanto.” Seorang anak dengan kaos bertulis huruf A yang super gede mangulurkan punggung tangannya di hadapan teman-temannya. Keempat pasang mata yang lain menatapnya seperti meminta penjelasan. Arrio begitu nama panggilannya hanya tersenyum.
Seorang anak lelaki bermata sipit tersenyum simpul kemudian mengikuti jejak temannya. Ia meletakkan telapak tangannya diatas punggung tangan temannya. “Jonas Aditya Nuraga.” Ucapnya dengan senyum mengembang dibibirnya.
Seperti mengerti maksud teman-temannya satu tangan lagi melayang dan akhirnya dan akhirnya mendarat dengan sempurna dan akhirnya mendarat dengan sempurna di punggung tangan Jonas. “Radhityo Al Kautsar Putra Nusantara” ucapnya lantang sembari tersenyum.
Sebuah lengkungan pelangi tercipta di bibir seorang anak yang semula menatap dingin teman-temannya. Anak dengan luka di pelipis kanannya tersebut segera meletakkan tangannya di atas punggung tangan Radhit. “Dirgantara Angkasa Putra.”
Tinggal satu tangan lagi. Ya, tinggal satu tangan lagi.
Arrio dkk menatap anak terakhir dengan tatapan memohon. Merasa ditatap seperti itu anak tersebut nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Andro Dewangga Saputra.” Ucapnya semangat tak lama tangan mungilnya telah berada di punggung tangan Dirga.
“RADJA, Sahabat Selamanya!”ucap mereka kompak sambil melemparkan tangannya ke udara setelahnya mereka tertawa lepas.
Ya Radja, Sahabat selamanya.
Di balik sebuah pohon penulis menatap haru pada tokoh-tokohnya tersebut. “Akhirnya prolognya selesai juga, tungguin part selanjutnya ya hik . . . hik. . . pulang ah mandi terus tidur. Dagh!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar