# Hea!!!
“HEEEEAAAAAAA! BANGUUUUN!”
Sambil merem melek aku melempar boneka teddy bear berukuran ekstra besar di sampingku kearah si empunya suara. JBRUGGG!! GOOOLLL!! Boneka yang aku lempar mendarat dengan pas di wajah seorang cowok. Andrean Stevano Nagasastra, cowok berzodiak Leo ini adalah saudara sepupu sekaligus teman sekelas gue di SMK Bintang Nusantara. Kerjaanya tiap hari adalah membangunkanku dan kemalangan yang selalu menimpanya adalah kena lemparan mautku, entah itu lemparan bantal ataupun lemparan boneka. Uhhh malang banget ya nasib cowok ini.
Andre memungut bonekaku kemudian melemparkannya ke sofa. Ia kemudian menghampiriku yang masih pura-pura tidur dengan lelapnya. “Hea bangun lo! Elo nggak tahu apa muka gue ini limited edition dan nggak ada gantinya di pasaran kalau tiap hari lo lempar pakai boneka dan bantal terkutuk lo itu mau jadi apa coba muka gue!” protes Andre keras sambil menarik-narik selimut yang menutup tiga per empat tubuhku namun tidak berhasil karena aku bersikukuh mempertahankannya.
“Apaan sih lo Ndre didramatisasi banget! Tenang aja wajah ganteng lo itu nggak akan kenapa-kenapa.”jawabku santai.“Paling Cuma hancur sedikit aja!”lanjutku masih tetap santai.
“Tenang-tenang, mana bisa orang hidup tenang kalau hidupnya sedang terancam!”
Aku langsung bangkit dari tidurku. “Emang siapa yang berani mengancam lo? Siapa… Siapa coba yang berani-beraninya mengancam sepupu gue tercinta!”tanyaku heboh.
“Ya elo lah sama dengan bantal dan boneka kesayangan lo itu, siapa lagi?”
Kali ini giliran bantalku yang ke wajah Andre tapi sial cowok itu sukses menangkapnya. “Ughhh rese’ lo Ndre!”
“Elo itu yang rese’ !”omel Andre.
Aku memonyongkan bibirku beberapa senti sambil menggerutu. “Abisnya lo juga sih ganggu tidur gue! Lo kan tau Cuma dalam mimpi gue bisa berkreasi.”
“Kalau lo mau marah, marah aja sama Bunda, JANGAN MENYENGSARAKAN GUE!” murka Andre.
“Iya-iya maaf deh!”pintaku sambil melekatkan kedua tanganku lalu meletakkannya di depan bibir sambil memasang tampang memelas andalanku. Biasanya sih ampuh buat merayu Ayah supaya menaikkan uang jajan tapi kali ini sepertinya . . .
“Tampang lo itu udah nggak mempan lagi buat gue kalo lo mau gue maafin mending sekarang elo mandi terus kita berangkat atau…” Andre mulai memasang tampang nakalnya yang membuatku merinding gila. “…elo mau gue mandiin.”godanya.
JBRUG!!! Satu bantalku ku lempar lagi ke wajah Andre sembari bergidik, “Hiyh ogah!!! Mending gue mandi sendiri!!!”.
“HEEAAA!!!”
Aku segera menyahut handukku dan kabur sebelum Andre kembali menyemprotku.
# # #
“HEA CEPET WOY!!!” teriakkan Andro kembali membahana untuk kesekian kalinya. Heran deh, sepupuku yang satu itu kok hobi banget sih teriak-teriak nggak takut apa pita suaranya putus. Kan kalau putus susah nyari gantinya.
“Iya-iya sabar, ini juga gue mau keluar!”teriakku balik.
“Iya tapi kapan? Elo udah ngomong gitu lebih dari lima kali, hrusnya lo itu udah dapet payung cantik!”omel Andre panjang lebar.
“Iya gue keluar nih.” Jawabku malas. “Bunda Hea berangkat, assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”balas Bunda dari dapur.
Aku keluar lalu menutup pintu sebelum akhirnya menghampiri Andre yang sedang bersandar di kap Nissan X-trailnya.
“Lo ngapain aja sih, nggak tahu apa sekarang udah siang?”protesnya sambil menujuk jam tangan hitam yang terlilit di pergelangan tangan kirinya.
“Udah ah! Ayo buruan berangkat!” Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di jok depan, dekat jok kemudi.
“Nyebelin lo!”sungut andre kemudian menyusulku masuk dan duduk di jok kemudi.
Tak lama mobilpun berjalan pelan meninggalkan rumah.
# # #
Aku terduduk sendirian di bangku dekat pohon beringin. Selain karna uang bulanan yang sudah menipis juga karena aku sedang mencari inspirasi untuk cerpen terbaruku, yup bener banget aku adalah penulis freelance di sebuah majalah remaja. Ngomongin soal majalah bulanan yang sudah menipis, sebenarnya kalau aku ngomong sama Andre pasti doi dengan senang hati akan membantu tapi berhubung ini masalah pribadi jadi nggak aku ceritain deh, hahaha…
Saat sedang asyik mencari inspirasi, JDUG! Sebuah benda yang masih belum ku ketahui identitasnya jatuh dan menghantam kepalaku. Kepalaku rasanya jadi pusing tujuh keliling, semua benda yang ku lihat serasa berbayang. Sebuah benda bulat berwarna orange udah nangkring di pangkuanku tanpa permisi dan mengucap salam. Mending kalau itu buah jeruk pasti langsung aku makan tapi yang ini bukan, lagipula mana ada pohon beringin berbuah jeruk!
Satu detik… Dua detik…Tiga detik…
Didetik berikutnya aku baru menyadari kalau kepalaku habis ketimpuk bola basket. Dengan kesadaran yang telah sepenuhnya pulih kuambil bola tersebut dan kuamati dengan seksama. “Nah loh lapangan basketnya kan jauh dari sini kenapa bolanya bisa sampai sini?”gumamku”…atau jangan-jangan…” Aku menatap pohon beringin di sebelahku dengan tatapan menyelidik, seakan menuduh pohon itulah yang telah menjatuhkan bola ke kepalaku.
“Woy kembaliin bola Basket gue!!!”
Kedua bola mataku langsung membulat. Pohonnya bisa bunyi? Aku mengerjap-ngerjap mataku tak percaya sambil terus memandang bola dan pohon secara bergantian. Kemudian menatap sekeliling namun kosong hanya ada aku, bola dan pohon.
“Hey kembaliin bola gue!!!” suara misterius itu terdengar lagi.
Akut ercekat. “Astagfirulloh.”ucapku lamat-lamat. “Oh My God Pohonnya bisa ngomong!! Ampun Pak pohon saya tidak bermaksud mengganggu Bapak, maafkan saya, maaf, maaf, maaf, “pintaku histeris dan merinding, maklum ini pengalaman pertamaku ditimpuk bola sama pohon.
“Hey cewek gila cepet kembaliin bola basket gue!!!”
“HEEEEAAAAAAA! BANGUUUUN!”
Sambil merem melek aku melempar boneka teddy bear berukuran ekstra besar di sampingku kearah si empunya suara. JBRUGGG!! GOOOLLL!! Boneka yang aku lempar mendarat dengan pas di wajah seorang cowok. Andrean Stevano Nagasastra, cowok berzodiak Leo ini adalah saudara sepupu sekaligus teman sekelas gue di SMK Bintang Nusantara. Kerjaanya tiap hari adalah membangunkanku dan kemalangan yang selalu menimpanya adalah kena lemparan mautku, entah itu lemparan bantal ataupun lemparan boneka. Uhhh malang banget ya nasib cowok ini.
Andre memungut bonekaku kemudian melemparkannya ke sofa. Ia kemudian menghampiriku yang masih pura-pura tidur dengan lelapnya. “Hea bangun lo! Elo nggak tahu apa muka gue ini limited edition dan nggak ada gantinya di pasaran kalau tiap hari lo lempar pakai boneka dan bantal terkutuk lo itu mau jadi apa coba muka gue!” protes Andre keras sambil menarik-narik selimut yang menutup tiga per empat tubuhku namun tidak berhasil karena aku bersikukuh mempertahankannya.
“Apaan sih lo Ndre didramatisasi banget! Tenang aja wajah ganteng lo itu nggak akan kenapa-kenapa.”jawabku santai.“Paling Cuma hancur sedikit aja!”lanjutku masih tetap santai.
“Tenang-tenang, mana bisa orang hidup tenang kalau hidupnya sedang terancam!”
Aku langsung bangkit dari tidurku. “Emang siapa yang berani mengancam lo? Siapa… Siapa coba yang berani-beraninya mengancam sepupu gue tercinta!”tanyaku heboh.
“Ya elo lah sama dengan bantal dan boneka kesayangan lo itu, siapa lagi?”
Kali ini giliran bantalku yang ke wajah Andre tapi sial cowok itu sukses menangkapnya. “Ughhh rese’ lo Ndre!”
“Elo itu yang rese’ !”omel Andre.
Aku memonyongkan bibirku beberapa senti sambil menggerutu. “Abisnya lo juga sih ganggu tidur gue! Lo kan tau Cuma dalam mimpi gue bisa berkreasi.”
“Kalau lo mau marah, marah aja sama Bunda, JANGAN MENYENGSARAKAN GUE!” murka Andre.
“Iya-iya maaf deh!”pintaku sambil melekatkan kedua tanganku lalu meletakkannya di depan bibir sambil memasang tampang memelas andalanku. Biasanya sih ampuh buat merayu Ayah supaya menaikkan uang jajan tapi kali ini sepertinya . . .
“Tampang lo itu udah nggak mempan lagi buat gue kalo lo mau gue maafin mending sekarang elo mandi terus kita berangkat atau…” Andre mulai memasang tampang nakalnya yang membuatku merinding gila. “…elo mau gue mandiin.”godanya.
JBRUG!!! Satu bantalku ku lempar lagi ke wajah Andre sembari bergidik, “Hiyh ogah!!! Mending gue mandi sendiri!!!”.
“HEEAAA!!!”
Aku segera menyahut handukku dan kabur sebelum Andre kembali menyemprotku.
# # #
“HEA CEPET WOY!!!” teriakkan Andro kembali membahana untuk kesekian kalinya. Heran deh, sepupuku yang satu itu kok hobi banget sih teriak-teriak nggak takut apa pita suaranya putus. Kan kalau putus susah nyari gantinya.
“Iya-iya sabar, ini juga gue mau keluar!”teriakku balik.
“Iya tapi kapan? Elo udah ngomong gitu lebih dari lima kali, hrusnya lo itu udah dapet payung cantik!”omel Andre panjang lebar.
“Iya gue keluar nih.” Jawabku malas. “Bunda Hea berangkat, assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”balas Bunda dari dapur.
Aku keluar lalu menutup pintu sebelum akhirnya menghampiri Andre yang sedang bersandar di kap Nissan X-trailnya.
“Lo ngapain aja sih, nggak tahu apa sekarang udah siang?”protesnya sambil menujuk jam tangan hitam yang terlilit di pergelangan tangan kirinya.
“Udah ah! Ayo buruan berangkat!” Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di jok depan, dekat jok kemudi.
“Nyebelin lo!”sungut andre kemudian menyusulku masuk dan duduk di jok kemudi.
Tak lama mobilpun berjalan pelan meninggalkan rumah.
# # #
Aku terduduk sendirian di bangku dekat pohon beringin. Selain karna uang bulanan yang sudah menipis juga karena aku sedang mencari inspirasi untuk cerpen terbaruku, yup bener banget aku adalah penulis freelance di sebuah majalah remaja. Ngomongin soal majalah bulanan yang sudah menipis, sebenarnya kalau aku ngomong sama Andre pasti doi dengan senang hati akan membantu tapi berhubung ini masalah pribadi jadi nggak aku ceritain deh, hahaha…
Saat sedang asyik mencari inspirasi, JDUG! Sebuah benda yang masih belum ku ketahui identitasnya jatuh dan menghantam kepalaku. Kepalaku rasanya jadi pusing tujuh keliling, semua benda yang ku lihat serasa berbayang. Sebuah benda bulat berwarna orange udah nangkring di pangkuanku tanpa permisi dan mengucap salam. Mending kalau itu buah jeruk pasti langsung aku makan tapi yang ini bukan, lagipula mana ada pohon beringin berbuah jeruk!
Satu detik… Dua detik…Tiga detik…
Didetik berikutnya aku baru menyadari kalau kepalaku habis ketimpuk bola basket. Dengan kesadaran yang telah sepenuhnya pulih kuambil bola tersebut dan kuamati dengan seksama. “Nah loh lapangan basketnya kan jauh dari sini kenapa bolanya bisa sampai sini?”gumamku”…atau jangan-jangan…” Aku menatap pohon beringin di sebelahku dengan tatapan menyelidik, seakan menuduh pohon itulah yang telah menjatuhkan bola ke kepalaku.
“Woy kembaliin bola Basket gue!!!”
Kedua bola mataku langsung membulat. Pohonnya bisa bunyi? Aku mengerjap-ngerjap mataku tak percaya sambil terus memandang bola dan pohon secara bergantian. Kemudian menatap sekeliling namun kosong hanya ada aku, bola dan pohon.
“Hey kembaliin bola gue!!!” suara misterius itu terdengar lagi.
Akut ercekat. “Astagfirulloh.”ucapku lamat-lamat. “Oh My God Pohonnya bisa ngomong!! Ampun Pak pohon saya tidak bermaksud mengganggu Bapak, maafkan saya, maaf, maaf, maaf, “pintaku histeris dan merinding, maklum ini pengalaman pertamaku ditimpuk bola sama pohon.
“Hey cewek gila cepet kembaliin bola basket gue!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar